Selasa, 01 Juli 2014

De Javu -Intermezzo-


Daun-daun memantulkan cahaya matahari pagi
Membuatku bersemangat untuk berangkat hari ini
Kukayuh sepeda kesayanganku menuju tempat yang ku tuju
Dari kejauhan ku melihat seseorang berkemeja merah sedang mengayuh sepeda
Kuperhatikan dan kulihat dengan mata berakomodasi maksimal
Apakah itu dia? Benarkah dia juga ke tempat ini? Hari ini?
Kukayuh sepedaku lebih cepat
Berharap orang itu benar-benar dia
Dia yang selama ini kulihat dari kejauhan
Cepat, cepat dan tambah cepat
Ah, akhirnya aku berhasil mengikutinya
Dia yang berkemeja merah meletakkan sepedanya di tempat parkir
Aku pun tepat di belakangnya
Mencoba untuk memperhatikannya lebih seksama
Hah, apakah dia mengubah gaya rambutnya?
Belum sempat aku menyapanya
Seorang teman menepuk bahuku dari belakang dan mengagetkanku
Dia yang berkemeja merah tak menghiraukannya
Berjalan menjauh
Jangan, Jangan pergi jauh dariku
Tanpa alasan yang jelas aku meninggalkan teman yang menepuk bahuku
Aku mengikuti jejaknya
Aku yakin dia berjalan ke arah ini
Dimana dia? Dimana orang berkemeja merah itu?
Aku mengandalkan penglihatan jarak jauhku untuk mencarinya
Oh Tuhan, bantu aku menemukannya
Sambil berlari, aku mencari-cari orang berkemeja merah
Ke manakah dia?
Sampai akhirnya mataku menemukan warna merah
Seseorang berkemeja merah duduk dengan laptop di pangkuannya
Aku yakin itu dia
Tanpa ragu aku menghampirinya dan ingin menyapanya
Tapi…….
Oh ternyata aku salah orang T-T

Senin, 26 Mei 2014

SPY (Special Person is You) - Part 1



Awalnya biasa saja. Hanya kubiarkan. Sebisa mungkin aku tak merasakannya. Namun semakin lama, aku tak bisa menahan perintah otakku yang ingin membawa kepala ini menoleh ke belakang. Entah sejak kapan, hal ini begitu mengangguku. Dan aku tidak tahu bakteri atau virus apa yang membuatku merasa tak nyaman. Bukan rasa gatal atau pusing berkepanjangan yang membuatku tak nyaman. Tapi……. Seperti ada mata-mata yang mengikuti ke mana saja aku pergi. Hingga aku selalu merasa tak nyaman, tak tenang. Ketika aku berjalan seperti ada yang mengikuti. Ketika aku duduk diam di suatu tempat, aku merasa ada seseorang yang mengamati secara diam-diam. Ada apa ini? Apa aku melakukan kesalahan? Apa yang diincar dariku? Uang, laptop, sepeda motorku atau tasku yang bergambar beruang lucu ini ?
“Hey Kyota, nglamun aja! Mikirin apa’an sih? Ayo beribadah udah ada panggilan tuh!” ucap Kaga sambil menarik tanganku dan menuntunku ke arah tempat ibadah favorit kami. Dalam perjalanan menuju ke sana dengan jalan kaki, aku menyempatkan kepalaku untuk sesekali menoleh ke belakang. Berharap aku bisa menemukan sosok mata-mata itu. Tapi anehnya perjalanan ini terasa nyaman sekali bagiku . Aku pun memantapkan kaki melangkah ke tempat ibadah dengan hati yang nyaman.
Aku dan Kaga melakukan ibadah dan seperti biasa kami sering bercanda di kamar mandi. Memercikkan air ke wajah lawan…… memalukan. Tapi kami suka melakukan itu. Karena dia temanku semenjak aku memasuki tingkat sekolah yang baru ini, Kuliah. Setelah melakukan ibadah, aku sempat kehilangan jejak Kaga. Aku pun berdiri di beranda sambil menekan-nekan tombol huruf di handphone. Bermaksud mengirim pesan ke Kaga, “Di mana kamu?” Saat itulah, perasaan tak nyaman itu muncul kembali, aku begitu ketakutan, tak berani mengangkat kepala dan tetap fokus pada layar handphone. Aku berharap perasaan ini cepat menghilang. Namun sepertinya rasa ini berjalan bagaikan suatu rangsang yang melewati sumsum tulang belakang, sehingga tiba-tiba kepalaku terangkat dan mataku bertemu dengan sepasang mata di seberang sana. Hampir 2 detik mata kami saling bertemu sampai akhirnya sosok itu memalingkan mukanya. Apa sosok itu yang memata-mataiku selama ini? Ah, aku tak mau berprasangka buruk. Mungkin hanya kebetulan, mata kami saling bertemu. Ya, hanya kebetulan. Sambil menarik napas dalam-dalam, aku mencoba menghilangkan rasa tak nyaman itu. Dan handphoneku pun bergetar. Ternyata Kaga telah berada di laboratorium karena dia harus segera pra-praktikum. Aku pun bergegas ke sana. Begitu aku pergi menjauhi tempat ibadah, rasa tak nyaman itu perlahan-lahan menghilang. Ah, Untunglah.
Sebagai mahasiswa baru, sebelum melakukan praktikum, aku dan teman-temanku diharuskan melakukan pra-praktikum terlebih dahulu. Karena anggota kelompokku belum lengkap, aku harus menunggu mereka dan mendapat urutan terakhir untuk pra-pratikum. Terlalu lama menunggu membuatku bosan. Aku coba membaca ulang panduan praktikum untuk menghilangkan rasa bosanku. Dan akhirnya giliran kelompokku tiba. Kami berlima memasuki laboratorium dan siap untuk menghadapi Ko-As yang super duper tinggi itu. Kami pun duduk berderet di hadapannya dengan aku berada di paling ujung. Saat itu juga, lagi-lagi perasaan tak nyaman itu menghinggapi tubuhku. Dan aku merasa “spy” itu ada di meja seberang. Seketika aku menggerakkan kepala menoleh ke samping dan mataku bertemu lagi dengan sosok  sama yang kutemui tadi. Sosok itu sepertinya kaget dan hampir memecahkan gelas kimia pyrex dengan tangannya. “Hya……Yuri. Hati-hati dong!” teriak teman-temannya. Saat itulah, aku tahu siapa namanya, Yuri. Namun aku belum bisa memastikan bahwa dia pelakunya. 
Untuk bisa mendapatkan kebenaran, aku.......................

Jumat, 02 Mei 2014

Love Is Simple - Part 2 end



Hari yang kutunggu-tunggu akhirnya datang. Hari itu adalah hari dimana acara lomba jurusan diselenggarakan. aku takkan menyia-nyiakan kesempatan ini karena dapat dipastikan dia akan riwa-riwi di arena perlombaan itu. Common! Padahal aku paling benci datang di acara seperti itu. Membuang-buang waktu menurutku. Tapi hanya untuk melihat sosok yang aku kagumi itu, aku rela membuang waktuku dan kuputuskan melihatnya.
Saat itu, pada lomba voli jurusan, aku memberanikan diri untuk menggunakan syal berwarna merah. Berharap dia akan melihatku. Hujan gerimis saat itu menambah keasyikan melihat dirinya yang berdiri di sana menjadi hakim garis. Teman-temanku begitu sibuk meneriakkan yel-yel untuk menyemangati pemain voli. Sedangkan aku sendiri sibuk mencari-cari posisi yang tepat untuk dapat melihatnya dengan jelas. Memanfaatkan kekuatanku yang masih tersisa, aku mengangkat tumitku agar aku bisa melihat sosok tubuh mungilnya yang bahkan tak pernah tersenyum setiap kali ku melihatnya. Tak apalah, yang penting aku bisa melihatnya dan menikmati apa yang aku rasakan sekarang ini.
Di penutupan acara lomba jurusan, sekali lagi aku rela membuang waktuku. Aku menunggu jam dinding di kamar kostku menunjukkan jam 4 sore. Sambil menunggu, aku membuka lemari dan memilih-milih baju yang akan kukenakan. Ini bukan kencan namun hanya acara penutupan lomba jurusan. Dan aku kebingungan setengah mati memilihnya. Akhirnya aku putuskan untuk berpenampilan seperti aku biasanya. Jika dia benar-benar mengetahui perasaanku, dia pasti akan melihatku. Dan mata kami akan saling bertemu sekali lagi, harapku.
Aku pun menyalakan motor dan segera menuju ke kampus. Di depan gedung jurusan, aku memakirkan motorku dan aku bertemu salah satu kakak kelasku yang cantik. Dengan pakaian warna merah, dia terlihat sangat cantik, Kawai!. Aku pun sempat mengobrol sebentar dengan kakak itu sambil duduk di atas motor sampai akhirnya aku melihat Kyota di tangga menuju lantai dua. Ah…. Keren sekali dia dengan rambut diponi dan pakaian berwarna merah. Oh Tuhan betapa sempurnanya ciptaanmu.
Tak lama kemudian, aku dan kakak cantik itu naik ke lantai dua dimana acara penutupan itu akan diselenggarakan. Dan tak disangka, aku berpapasan dengannya. Rasanya jantung ini berhenti berdetak, wajahku kaku tiba-tiba dan dia hanya berjalan melewatiku begitu saja. Apakah dia melihatku? Sepertinya tidak karena mata kami tak bertemu kali ini.
Aku duduk di dekat teman-teman seangkatanku. Aku pun melanjutkan kebiasaan "scanning" ku, melihat sekeliling dan mencari dimana teman-teman seangkatannya duduk. Dan ternyata kumpulan anak angkatan baru itu duduk tepat di samping kumpulan angkatanku. Wah….seru! aku pasti akan dapat dengan mudah melihatnya. Namun saat itu, dia tidak berada di sana. Aku hanya bisa bersabar menunggu kedatangannya.
Acara pun hampir dimulai. Dia yang berponi dan berbaju merah berjalan ke atas panggung. Mataku pun terpaku dan mengikuti arah kemana dia berjalan. Dia mengambil mikrofon dan menyapa semua penonton yang datang. Oh …. My God. Dia MC-nya. Dan ini pertama kali aku mendengar suaranya. Rasanya ingin pingsan. Tapi aku harus menahan rasa ingin pingsanku agar aku dapat lebih lama melihat wajahnya dan mendengar suaranya.
Selama acara, seperti teman-temanku yang menikmati sajian musik yang diberikan oleh panitia, aku juga menikmati sosok sempurna yang diberikan oleh Tuhan. Mataku terus tertarik dengan auranya. Tak bosan aku melihatnya sambil sekali-kali menundukkan kepala ku untuk tersenyum-senyum malu sendiri. Ingin rasanya meneriakkan namanya seperti para penggemar boyband korea kepada idolanya. Namun Jantung ini semakin berdegup tak konstan, aku menyukai rasa ini dan menikmatinya. Entah apakah ini cinta atau bukan? Tapi rasa ini sangat menyenangkan. Aku hanya ingin dia mencari tahu tentang diriku dan mengajakku bicara sekali saja. Saat kesempatan bicara itu datang, aku pastikan aku tidak akan jual mahal di hadapannya.
Setelah acara itu, jantungku masih berdegup tak konstan. Teman-teman mengajakku untuk turun menuju tempat dimana motor diparkir dan bergegas pulang karena jam telah menunjukkan pukul 9 malam. Ketika aku mencoba menyalakan motor, aku merasa ada orang di lantai dua yang melihatku. Aku pun memberanikan diri menengok ke atas. Dan saat itu, dia ada di sana. Mata kami bertemu sekali lagi.

END

Jumat, 25 April 2014

Love is Simple - Part 1



Detak jantungku berdegup dengan kecepatan yang tak konstan. Ada apa gerangan? Oh jantung berdeguplah seperti biasa karena aku akan susah mengendalikan tubuhku ini.
Jantung ini mulai berdegup tak konstan sejak aku menemukan sosok anak laki-laki yang kukagumi. Bukan karena apapun, namun auranya tiba-tiba menarik kedua bola mataku untuk selalu melihatnya setiap dia muncul di depan mataku. Tubuhnya yang kecil, gaya rambut yang lucu, dan wajah sok cool yang membuat aku tertawa tersipu-sipu.
Diam - diam aku mencoba mencari tahu tentang dirinya. Wajah itu, wajah yang baru di jurusanku. Dan aku berkesimpulan bahwa dia adalah anak dari angkatan baru. Ah, lagi-lagi aku mengagumi seseorang yang lebih muda dariku. Aku selalu melihat-lihat sekelilingku ketika masuk kuliah berharap menemukan sosoknya untuk menghibur mataku yang telah lama kuistirahatkan karena tak ada yang menarik.
Sambil menunggu dosen yang tak segera memasuki kelasku, aku berjalan keluar dan berharap menemukannya. Dan untuk pertama kali, mata kami saling bertemu. Oh my God. Keren banget sih anak ini. Tak lama aku langsung mengalihkan pandanganku darinya. Setelah dia berbalik menuju kelasnya, aku melihatnya sekali lagi. Tas coklat dihiasi dengan gambar beruang kuning lucu… oh ingin aku memilikinya juga. Eh….. Aku pun memegangi besi pagar di depan kelas sambil tersenyum-senyum sendiri. Mata kami bertemu……..
Di kesempatan selanjutnya, aku dan teman-temanku sedang sibuk melakukan praktikum. Datanglah sekelompok anak angkatan baru, 2000 A, untuk melakukan pra-praktikum. Mereka melakukan pra-praktikum di meja yang letaknya tepat di samping meja dimana aku melakukan praktikum. Aku berharap dia juga datang dan duduk di sana agar aku bisa melihatnya dengan jelas. Aku terus memperhatikan setiap kelompok yang datang dan berharap dia ada di antara kelompok yang masuk itu. Hampir semua kelompok telah melakukan pra - praktikum, namun mengapa dia tidak terlihat. Apakah dia bukan dari kelas 2000 A? Apakah dia di kelas 2000 B? Lalu kapan 2000 B akan pra-laboratorium? Atau jangan-jangan dia tidak masuk karena sakit? Ah semua hal ini memenuhi pikiranku hingga aku tak fokus melakukan praktikum.

Ketika aku dan teman-teman telah selesai dan membersihkan alat-alat praktikum, aku melihat sekelompok anak angkatan baru dan…….sosok anak yang selama ini kukagumi. Rambutnya yang berponi itu memudahkanku untuk segera mengenalinya. “Oh Tuhan, mengapa dia setampan itu?” Dia duduk di sana dengan gaya coolnya dan aku hampir tidak bisa menguasai tubuhku  karena detak jantung yang tak konstan ini. Mataku tertuju padanya dan aku memanggil-manggilnya di dalam hati, “Hey, lihatlah kemari!” dan seketika dia menolehkan wajahnya ke mejaku dan mata kami bertemu kembali. Saking kagetnya aku hampir saja memecahkan gelas kimia pyrex dengan tanganku. Teman-temanku pun berteriak dan memarahiku satu persatu. Aku hanya bisa mengucapkan maaf dan sesekali menyuruh mataku untuk melihatnya. Ah… betapa malunya aku. Apakah dia tahu kalau aku mengaguminya?
Setelah keluar dari laboratorium, aku masih duduk di gazebo depan laboratorium bersama teman-teman untuk membahas data yang kami dapatkan tadi. Dan jantungku masih berdegup kencang. Suara teman-teman diskusi hanya seperti angin yang masuk dari telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri. Aku mencoba menikmati detak jantung yang tak konstan ini.  “Is it Love?” tanyaku dalam hati. Namun semakin kurasa, sepertinya aku tidak ingin memilikinya, aku hanya ingin menikmati rasa seperti ini. Karena begitu menyenangkan dan sekali lagi aku tersenyum sendiri.
Dari beberapa info yang telah aku dapatkan, aku tahu bahwa dia adalah salah satu anggota himpunan mahasiswa. Wow… Daebak! Dan setelah beberapa lama aku hanya memandanginya, akhirnya aku tahu siapa namanya. Ketika salah satu temannya berteriak “Kyota…..tunggu!”, dia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah teman yang berteriak tadi. Ah ….. Kyota, aku mengagumimu.  
Hari yang kutunggu-tunggu akhirnya datang. Hari itu adalah  ...................


To be continued....