Kamis, 05 Februari 2015

It’s Same, Right?



Bagai cahaya dari kejauhan, wajahnya yang cantik itu hampir tak terlihat karena banyaknya kawan yang mengelilinginya. Wajahnya, gaya rambutnya, warna kulitnya sampai senyumnya benar-benar membiusku hari itu. Aku tak mampu menahan rasa ini setiap kali aku melihat dia tersenyum. Rasa ini membuat aku sulit bernapas dan ingin memilikinya. Senyumnya memiliki dua makna bagiku. Senyumnya adalah vitamin dan racun bagiku. Terkadang menyenangkan, terkadang membuatku susah menyangga kepala. Senyumnya memenuhi otakku karena aku belum bisa memilikinya. Ya sepertinya, aku jatuh cinta untuk kedua kalinya. Pada tipe orang yang sama. Berpenampilan sederhana dan selalu tersenyum. Entah mengapa hatiku dapat terjebak dalam ruang auranya. Dan sulit rasanya membebaskan hatiku dari ruang itu.
Senyumnya tak hanya menjebak diriku namun juga membuatku selalu gugup di dekatnya hingga aku tak berani berbincang-bincang lama dengannya. Perbincangan paling lama yang pernah kami lakukan hanya terjadi kurang dari 15 detik. Saat itu dia bertanya dan aku hanya menjawab dengan satu kata yaitu ya. Ketika satu kelompok dengannya, aku juga tak pernah memulai percakapan karena aku gugup. Aku selalu menghindarinya. Aku selalu tak pernah menyapanya agar aku tak salah tingkah.
Banyak hal istimewa yang terjadi di antara kami. Salah satu hal istimewa yang terjadi adalah pertemuanku dengannya di tempat makan suatu pusat perbelanjaan. Saat itu aku menemani dosen dan anaknya menyantap makan siang di sana. Sebenarnya bukan bertemu, aku hanya melihatnya dari kejauhan. Dia duduk bersama seseorang di sana. Namun seseorang itu tak terlihat jelas dari tempat dudukku. Apakah dia bersama teman laki-laki? Rasa ingin tahuku memuncak saat itu. Aku memanfaatkan tubuhku yang tinggi ini untuk melihat lebih jelas siapa orang yang bersamanya. Hatiku mulai tenang ketika aku tahu orang yang duduk di depannya adalah orang yang berjilbab. Untunglah seorang yeoja (perempuan).
Dosenku yang bingung melihat tingkahku mencoba untuk menyadarkanku. Aku kaget dan segera minta izin ke kamar mandi agar tidak ditanyai lebih lanjut. Aku melangkahkan kaki melewati jalan yang berseberangan dengan mejanya. Aku memperhatikannya walau sebentar. Senyumnya bagai vitamin saat itu dan tak disangka dia menoleh kepadaku. Aku segera membuang wajahku. Wow! Dia melihatku, apakah dia mengenaliku? Apakah dia akan membicarakan diriku pada temannya itu? Entahlah

Hal istimewa lainnya terjadi ketika aku berkesempatan melakukan perjalanan wisata bersamanya. Walaupun tidak hanya kami berdua yang ikut, tapi perjalanan ini sudah cukup memberikan kenangan yang manis bersamanya. Kesempatan ini baru aku dapatkan sekitar jam 9 malam..........
To be continued.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar