Bagai cahaya dari
kejauhan, wajahnya yang cantik itu hampir tak terlihat karena banyaknya kawan
yang mengelilinginya. Wajahnya, gaya rambutnya, warna kulitnya sampai senyumnya
benar-benar membiusku hari itu. Aku tak mampu menahan rasa ini setiap kali aku
melihat dia tersenyum. Rasa ini membuat aku sulit bernapas dan ingin
memilikinya. Senyumnya memiliki dua makna bagiku. Senyumnya adalah vitamin dan
racun bagiku. Terkadang menyenangkan, terkadang membuatku susah menyangga
kepala. Senyumnya memenuhi otakku karena aku belum bisa memilikinya. Ya
sepertinya, aku jatuh cinta untuk kedua kalinya. Pada tipe orang yang sama.
Berpenampilan sederhana dan selalu tersenyum. Entah mengapa hatiku dapat
terjebak dalam ruang auranya. Dan sulit rasanya membebaskan hatiku dari ruang
itu.
Senyumnya tak hanya
menjebak diriku namun juga membuatku selalu gugup di dekatnya hingga aku tak
berani berbincang-bincang lama dengannya. Perbincangan paling lama yang pernah
kami lakukan hanya terjadi kurang dari 15 detik. Saat itu dia bertanya dan aku
hanya menjawab dengan satu kata yaitu ya. Ketika satu kelompok dengannya, aku
juga tak pernah memulai percakapan karena aku gugup. Aku selalu
menghindarinya. Aku selalu tak pernah menyapanya agar aku tak salah tingkah.
Banyak hal istimewa
yang terjadi di antara kami. Salah satu hal istimewa yang terjadi adalah
pertemuanku dengannya di tempat makan suatu pusat perbelanjaan. Saat itu aku
menemani dosen dan anaknya menyantap makan siang di sana. Sebenarnya bukan
bertemu, aku hanya melihatnya dari kejauhan. Dia duduk bersama seseorang di
sana. Namun seseorang itu tak terlihat jelas dari tempat dudukku. Apakah dia
bersama teman laki-laki? Rasa ingin tahuku memuncak saat itu. Aku memanfaatkan
tubuhku yang tinggi ini untuk melihat lebih jelas siapa orang yang bersamanya.
Hatiku mulai tenang ketika aku tahu orang yang duduk di depannya adalah orang
yang berjilbab. Untunglah seorang yeoja (perempuan).
Dosenku yang bingung
melihat tingkahku mencoba untuk menyadarkanku. Aku kaget dan segera minta izin
ke kamar mandi agar tidak ditanyai lebih lanjut. Aku melangkahkan kaki melewati
jalan yang berseberangan dengan mejanya. Aku memperhatikannya walau sebentar.
Senyumnya bagai vitamin saat itu dan tak disangka dia menoleh kepadaku. Aku
segera membuang wajahku. Wow! Dia melihatku, apakah dia mengenaliku? Apakah dia
akan membicarakan diriku pada temannya itu? Entahlah
Hal istimewa lainnya terjadi ketika aku
berkesempatan melakukan perjalanan wisata bersamanya. Walaupun tidak hanya kami
berdua yang ikut, tapi perjalanan ini sudah cukup memberikan kenangan yang
manis bersamanya. Kesempatan ini baru aku dapatkan sekitar jam 9 malam..........
To be continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar