Awalnya biasa saja.
Hanya kubiarkan. Sebisa mungkin aku tak merasakannya. Namun semakin lama, aku
tak bisa menahan perintah otakku yang ingin membawa kepala ini menoleh ke
belakang. Entah sejak kapan, hal ini begitu mengangguku. Dan aku tidak tahu
bakteri atau virus apa yang membuatku merasa tak nyaman. Bukan rasa gatal atau
pusing berkepanjangan yang membuatku tak nyaman. Tapi……. Seperti ada mata-mata
yang mengikuti ke mana saja aku pergi. Hingga aku selalu merasa tak nyaman, tak
tenang. Ketika aku berjalan seperti ada yang mengikuti. Ketika aku duduk diam
di suatu tempat, aku merasa ada seseorang yang mengamati secara diam-diam. Ada
apa ini? Apa aku melakukan kesalahan? Apa yang diincar dariku? Uang, laptop,
sepeda motorku atau tasku yang bergambar beruang lucu ini ?
“Hey Kyota, nglamun
aja! Mikirin apa’an sih? Ayo beribadah udah ada panggilan tuh!” ucap Kaga
sambil menarik tanganku dan menuntunku ke arah tempat ibadah favorit kami.
Dalam perjalanan menuju ke sana dengan jalan kaki, aku menyempatkan kepalaku
untuk sesekali menoleh ke belakang. Berharap aku bisa menemukan sosok mata-mata
itu. Tapi anehnya perjalanan ini terasa nyaman sekali bagiku . Aku pun
memantapkan kaki melangkah ke tempat ibadah dengan hati yang nyaman.
Aku dan Kaga melakukan
ibadah dan seperti biasa kami sering bercanda di kamar mandi. Memercikkan air
ke wajah lawan…… memalukan. Tapi kami suka melakukan itu. Karena dia temanku
semenjak aku memasuki tingkat sekolah yang baru ini, Kuliah. Setelah melakukan
ibadah, aku sempat kehilangan jejak Kaga. Aku pun berdiri di beranda sambil
menekan-nekan tombol huruf di handphone. Bermaksud mengirim pesan ke Kaga, “Di
mana kamu?” Saat itulah, perasaan tak nyaman itu muncul kembali, aku begitu
ketakutan, tak berani mengangkat kepala dan tetap fokus pada layar handphone.
Aku berharap perasaan ini cepat menghilang. Namun sepertinya rasa ini berjalan
bagaikan suatu rangsang yang melewati sumsum tulang belakang, sehingga tiba-tiba
kepalaku terangkat dan mataku bertemu dengan sepasang mata di seberang sana.
Hampir 2 detik mata kami saling bertemu sampai akhirnya sosok itu memalingkan
mukanya. Apa sosok itu yang memata-mataiku selama ini? Ah, aku tak mau
berprasangka buruk. Mungkin hanya kebetulan, mata kami saling bertemu. Ya,
hanya kebetulan. Sambil menarik napas dalam-dalam, aku mencoba menghilangkan
rasa tak nyaman itu. Dan handphoneku pun bergetar. Ternyata Kaga telah berada
di laboratorium karena dia harus segera pra-praktikum. Aku pun bergegas ke
sana. Begitu aku pergi menjauhi tempat ibadah, rasa tak nyaman itu
perlahan-lahan menghilang. Ah, Untunglah.
Sebagai
mahasiswa baru, sebelum melakukan praktikum, aku dan teman-temanku diharuskan
melakukan pra-praktikum terlebih dahulu. Karena anggota kelompokku belum
lengkap, aku harus menunggu mereka dan mendapat urutan terakhir untuk
pra-pratikum. Terlalu lama menunggu membuatku bosan. Aku coba membaca ulang
panduan praktikum untuk menghilangkan rasa bosanku. Dan akhirnya giliran
kelompokku tiba. Kami berlima memasuki laboratorium dan siap untuk menghadapi
Ko-As yang super duper tinggi itu. Kami pun duduk berderet di hadapannya dengan
aku berada di paling ujung. Saat itu juga, lagi-lagi perasaan tak nyaman itu
menghinggapi tubuhku. Dan aku merasa “spy” itu ada di meja seberang. Seketika
aku menggerakkan kepala menoleh ke samping dan mataku bertemu lagi dengan
sosok sama yang kutemui tadi. Sosok itu
sepertinya kaget dan hampir memecahkan gelas kimia pyrex dengan tangannya.
“Hya……Yuri. Hati-hati dong!” teriak teman-temannya. Saat itulah, aku tahu siapa
namanya, Yuri. Namun aku belum bisa memastikan bahwa dia pelakunya.
Untuk bisa
mendapatkan kebenaran, aku.......................
mbak opie~ ditunggu kelanjutan ceritanya :D
BalasHapuswah, udah ada yang baca, padahal belum tak posting di fb, hehehe
BalasHapussabar ya dhek, sulit buat muncul ide, soal e gak ketemu orangnya, huhuhu
Oh (oh) dagawa jigeum I sungan nal neukkyeobwa
BalasHapusYou don’t know my name
I’m SPY SPY (wuh uh)
Tet...... lagu dari BAP - SPY.... silahkan menunggu kelanjutannya fanfictionku ya.........
BalasHapus