Kamis, 13 November 2014

SPY- Special Person is You part 2 end



Untuk bisa mendapatkan kebenaran, aku melakukan serangkaian penyelidikan layaknya seorang ilmuwan mencari pembuktian suatu teori yang telah ada. Mulai dari menyelidiki orang-orang yang sering berada di belakangku ketika berjalan, mengamati ekspresi mereka juga dan sedikit mencari tahu identitas Yuri. Mungkin tak seharusnya aku memanggilnya Yuri karena kemarin dia duduk dengan mahasiswa angkatan lama. Bisa jadi dia adalah kakak kelasku. Tapi entahlah.
Saking sibuknya aku mengurusi penyelidikan ini, aku sampai lupa kalau aku harus jadi wasit di acara perlombaan jurusan. Anehnya di arena perlombaan itu, rasa tak nyaman itu mulai mengelayuti dan aku menemukan sosok kak Yuri di sana. Aku hampir membuat mata kami bertemu lagi. Aku pun berhasil menghindarinya. Namun aku tahu kalau dia terus menerus memperhatikanku alias memata-mataiku. Oh Tuhan, benarkah dia “spy” itu? Lalu apa maksudnya dia melakukan itu? Prasangkaku itu memenuhi otakku dan membuatku susah tidur karena memikirkannya.
Tak hanya itu yang membuatku susah tidur. Tugas selanjutnya di acara penutupan lomba jurusan juga membuatku susah tidur. Aku harus jadi MC yang bisa memeriahkan acara itu. Bisakah aku? Bagaimana kalau suaraku jelek saat di mikrofon? Atau bagaimana kalau aku tidak bisa memeriahkan acara dan justru membuat acaranya garing? Ah….Eotteokhae. Lihat sajalah nanti. Yang penting sekarang aku harus berdandan rapi ala MC agar menimbulkan kesan yang menyenangkan pada acara nanti. Tanpa ragu, aku mengambil ‘fresly-pressed shirt’ berwarna merah dan memakainya. Dan aku sangat berharap rasa tak nyaman yang akhir-akhir ini mulai kubenci tak mendekap jantungku saat aku bertugas. Dengan kata lain aku sangat berharap ‘spy’ atau kak Yuri tak muncul dalam acara ini.
Sebelum acara mulai, aku sempat mencari-cari kak Yuri. Entah mengapa aku ingin tahu apakah dia datang atau tidak. Dalam kesempatan ini, aku dapat menguji hipotesisku. Ada dua hipotesis. Jika kak Yuri datang dan rasa tak nyaman itu datang juga maka kak Yuri benar-benar ‘Spy’ itu. Tapi jika kak Yuri datang dan rasa itu tak muncul berarti kak Yuri bukan ‘Spy’. Manakah yang akan terjadi? Aku hanya berharap yang terbaik.
Di saat acara mulai, di saat aku meraih mikrofon untuk memperbesar suaraku, rasa tak nyaman itu kembali mengelayuti tubuhku. Oh Tuhan……Save Me! Dan saat aku membalikkan badanku menghadap penonton, saat itulah aku menemukan kak Yuri di sana. Dengan pakaian berwarna coklat pastel, membuat wajahnya hampir mirip dengan teman-teman perempuan yang seumuran denganku. “Ah….Fokus Kyota!” aku harus bisa membuat tubuhku nyaman dan yang paling penting membuat acara ini semeriah mungkin. Oh… Kak Yuri berhentilah menatapku. Kenapa kau melakukan ini padaku? Rasa tak nyaman karena tatapanmu itu membuatku sakit. Dan yang bisa kulakukan hanya mengalihkan pandangan mata ini agar tak memandangmu. Namun saat pemutaran video, lampu dimatikan dan pandangannya tertuju pada layar video, aku menyempatkan mataku untuk melihat wajah kak Yuri. Entahlah, apa yang terlintas di otakku saat melihatnya. Akhirnya acara pun selesai dan berjalan lancar.
Keesokan harinya merupakan hari yang sangat sibuk bagiku. Kenapa? Ibuku melahirkan. Akhirnya setelah penantian yang cukup lama, aku punya adik perempuan kecil yang lucu. Ayah dan ibu memberinya nama yang tidak jauh dari namaku, Kyori. Walaupun sekarang Kyori hanya bisa menggeliat dan menangis, aku berjanji akan selalu melindungimu, adikku. Rasa senang yang meluap-luap ini membuatku ingin meng-‘upload’ foto adikku ke jejaring sosial facebook. Tak lama berselang, ada seseorang yang mengomentari foto itu. “Omedetto! Anata no imoutou-san wa kawai desu.” Aku sempat kaget karena komentarnya berbahasa jepang. Aku kira orang ini berkebangsaan jepang.  Aku pun tak ragu untuk melihat profil facebook-nya yang ternyata membuatku lebih tercengang. Oh…..Kak Yuri. Tanpa berpikir dua kali, aku membalas komentarnya dengan “Arigatou gozaimasu” padahal sebenarnya aku tidak mengerti arti kalimat setelah omedetto itu. Mudah-mudahan balasanku ini dapat membuatnya tersenyum juga seperti senyumku saat ini.
Tiba-tiba dinding chatku muncul. Siapa yang mengajakku mengobrol di kala senja begini? Nama facebook  kak Yuri pun tertera di sana. Dia memintaku untuk membaca cerpen di alamat blog yang dia berikan saat itu dan meninggalkan komentar. Karena aku juga sedang tidak melakukan apapun, tak ada salahnya aku juga membacanya. Ada dua part dalam cerita yang berjudul “Love is Simple” itu. Cerita itu bercerita tentang seseorang yang mengagumi adik kelasnya bernama, Kira. Tapi menurutku rasa kagum itu berubah menjadi rasa cinta karena kontak mata antara dua tokoh itu. Bagian yang paling aku suka adalah  ending yang tak dapat ditebak. “Mata kami bertemu sekali lagi”. Keren!
Aku tak lupa mengomentari cerpen itu pada dinding chat kami. “Akhir yang tak bisa ditebak.” Aku menulis itu. Kemudian kak Yuri menanyakan padaku siapa Kira itu. Tentu saja aku tidak tahu. Aku pun bertanya kembali apakah itu kisah nyata. Namun kak Yuri mengatakan jikalau hal itu rahasia dan menuliskan ucapan terima kasihnya padaku dengan gaya bahasa jepangnya yang membuatku kaget setengah mati, “Arigatou Gozaimasu, Kira!”
Aku hanya bisa diam terpaku di depan layar chat itu.
END