Senin, 26 Mei 2014

SPY (Special Person is You) - Part 1



Awalnya biasa saja. Hanya kubiarkan. Sebisa mungkin aku tak merasakannya. Namun semakin lama, aku tak bisa menahan perintah otakku yang ingin membawa kepala ini menoleh ke belakang. Entah sejak kapan, hal ini begitu mengangguku. Dan aku tidak tahu bakteri atau virus apa yang membuatku merasa tak nyaman. Bukan rasa gatal atau pusing berkepanjangan yang membuatku tak nyaman. Tapi……. Seperti ada mata-mata yang mengikuti ke mana saja aku pergi. Hingga aku selalu merasa tak nyaman, tak tenang. Ketika aku berjalan seperti ada yang mengikuti. Ketika aku duduk diam di suatu tempat, aku merasa ada seseorang yang mengamati secara diam-diam. Ada apa ini? Apa aku melakukan kesalahan? Apa yang diincar dariku? Uang, laptop, sepeda motorku atau tasku yang bergambar beruang lucu ini ?
“Hey Kyota, nglamun aja! Mikirin apa’an sih? Ayo beribadah udah ada panggilan tuh!” ucap Kaga sambil menarik tanganku dan menuntunku ke arah tempat ibadah favorit kami. Dalam perjalanan menuju ke sana dengan jalan kaki, aku menyempatkan kepalaku untuk sesekali menoleh ke belakang. Berharap aku bisa menemukan sosok mata-mata itu. Tapi anehnya perjalanan ini terasa nyaman sekali bagiku . Aku pun memantapkan kaki melangkah ke tempat ibadah dengan hati yang nyaman.
Aku dan Kaga melakukan ibadah dan seperti biasa kami sering bercanda di kamar mandi. Memercikkan air ke wajah lawan…… memalukan. Tapi kami suka melakukan itu. Karena dia temanku semenjak aku memasuki tingkat sekolah yang baru ini, Kuliah. Setelah melakukan ibadah, aku sempat kehilangan jejak Kaga. Aku pun berdiri di beranda sambil menekan-nekan tombol huruf di handphone. Bermaksud mengirim pesan ke Kaga, “Di mana kamu?” Saat itulah, perasaan tak nyaman itu muncul kembali, aku begitu ketakutan, tak berani mengangkat kepala dan tetap fokus pada layar handphone. Aku berharap perasaan ini cepat menghilang. Namun sepertinya rasa ini berjalan bagaikan suatu rangsang yang melewati sumsum tulang belakang, sehingga tiba-tiba kepalaku terangkat dan mataku bertemu dengan sepasang mata di seberang sana. Hampir 2 detik mata kami saling bertemu sampai akhirnya sosok itu memalingkan mukanya. Apa sosok itu yang memata-mataiku selama ini? Ah, aku tak mau berprasangka buruk. Mungkin hanya kebetulan, mata kami saling bertemu. Ya, hanya kebetulan. Sambil menarik napas dalam-dalam, aku mencoba menghilangkan rasa tak nyaman itu. Dan handphoneku pun bergetar. Ternyata Kaga telah berada di laboratorium karena dia harus segera pra-praktikum. Aku pun bergegas ke sana. Begitu aku pergi menjauhi tempat ibadah, rasa tak nyaman itu perlahan-lahan menghilang. Ah, Untunglah.
Sebagai mahasiswa baru, sebelum melakukan praktikum, aku dan teman-temanku diharuskan melakukan pra-praktikum terlebih dahulu. Karena anggota kelompokku belum lengkap, aku harus menunggu mereka dan mendapat urutan terakhir untuk pra-pratikum. Terlalu lama menunggu membuatku bosan. Aku coba membaca ulang panduan praktikum untuk menghilangkan rasa bosanku. Dan akhirnya giliran kelompokku tiba. Kami berlima memasuki laboratorium dan siap untuk menghadapi Ko-As yang super duper tinggi itu. Kami pun duduk berderet di hadapannya dengan aku berada di paling ujung. Saat itu juga, lagi-lagi perasaan tak nyaman itu menghinggapi tubuhku. Dan aku merasa “spy” itu ada di meja seberang. Seketika aku menggerakkan kepala menoleh ke samping dan mataku bertemu lagi dengan sosok  sama yang kutemui tadi. Sosok itu sepertinya kaget dan hampir memecahkan gelas kimia pyrex dengan tangannya. “Hya……Yuri. Hati-hati dong!” teriak teman-temannya. Saat itulah, aku tahu siapa namanya, Yuri. Namun aku belum bisa memastikan bahwa dia pelakunya. 
Untuk bisa mendapatkan kebenaran, aku.......................

Jumat, 02 Mei 2014

Love Is Simple - Part 2 end



Hari yang kutunggu-tunggu akhirnya datang. Hari itu adalah hari dimana acara lomba jurusan diselenggarakan. aku takkan menyia-nyiakan kesempatan ini karena dapat dipastikan dia akan riwa-riwi di arena perlombaan itu. Common! Padahal aku paling benci datang di acara seperti itu. Membuang-buang waktu menurutku. Tapi hanya untuk melihat sosok yang aku kagumi itu, aku rela membuang waktuku dan kuputuskan melihatnya.
Saat itu, pada lomba voli jurusan, aku memberanikan diri untuk menggunakan syal berwarna merah. Berharap dia akan melihatku. Hujan gerimis saat itu menambah keasyikan melihat dirinya yang berdiri di sana menjadi hakim garis. Teman-temanku begitu sibuk meneriakkan yel-yel untuk menyemangati pemain voli. Sedangkan aku sendiri sibuk mencari-cari posisi yang tepat untuk dapat melihatnya dengan jelas. Memanfaatkan kekuatanku yang masih tersisa, aku mengangkat tumitku agar aku bisa melihat sosok tubuh mungilnya yang bahkan tak pernah tersenyum setiap kali ku melihatnya. Tak apalah, yang penting aku bisa melihatnya dan menikmati apa yang aku rasakan sekarang ini.
Di penutupan acara lomba jurusan, sekali lagi aku rela membuang waktuku. Aku menunggu jam dinding di kamar kostku menunjukkan jam 4 sore. Sambil menunggu, aku membuka lemari dan memilih-milih baju yang akan kukenakan. Ini bukan kencan namun hanya acara penutupan lomba jurusan. Dan aku kebingungan setengah mati memilihnya. Akhirnya aku putuskan untuk berpenampilan seperti aku biasanya. Jika dia benar-benar mengetahui perasaanku, dia pasti akan melihatku. Dan mata kami akan saling bertemu sekali lagi, harapku.
Aku pun menyalakan motor dan segera menuju ke kampus. Di depan gedung jurusan, aku memakirkan motorku dan aku bertemu salah satu kakak kelasku yang cantik. Dengan pakaian warna merah, dia terlihat sangat cantik, Kawai!. Aku pun sempat mengobrol sebentar dengan kakak itu sambil duduk di atas motor sampai akhirnya aku melihat Kyota di tangga menuju lantai dua. Ah…. Keren sekali dia dengan rambut diponi dan pakaian berwarna merah. Oh Tuhan betapa sempurnanya ciptaanmu.
Tak lama kemudian, aku dan kakak cantik itu naik ke lantai dua dimana acara penutupan itu akan diselenggarakan. Dan tak disangka, aku berpapasan dengannya. Rasanya jantung ini berhenti berdetak, wajahku kaku tiba-tiba dan dia hanya berjalan melewatiku begitu saja. Apakah dia melihatku? Sepertinya tidak karena mata kami tak bertemu kali ini.
Aku duduk di dekat teman-teman seangkatanku. Aku pun melanjutkan kebiasaan "scanning" ku, melihat sekeliling dan mencari dimana teman-teman seangkatannya duduk. Dan ternyata kumpulan anak angkatan baru itu duduk tepat di samping kumpulan angkatanku. Wah….seru! aku pasti akan dapat dengan mudah melihatnya. Namun saat itu, dia tidak berada di sana. Aku hanya bisa bersabar menunggu kedatangannya.
Acara pun hampir dimulai. Dia yang berponi dan berbaju merah berjalan ke atas panggung. Mataku pun terpaku dan mengikuti arah kemana dia berjalan. Dia mengambil mikrofon dan menyapa semua penonton yang datang. Oh …. My God. Dia MC-nya. Dan ini pertama kali aku mendengar suaranya. Rasanya ingin pingsan. Tapi aku harus menahan rasa ingin pingsanku agar aku dapat lebih lama melihat wajahnya dan mendengar suaranya.
Selama acara, seperti teman-temanku yang menikmati sajian musik yang diberikan oleh panitia, aku juga menikmati sosok sempurna yang diberikan oleh Tuhan. Mataku terus tertarik dengan auranya. Tak bosan aku melihatnya sambil sekali-kali menundukkan kepala ku untuk tersenyum-senyum malu sendiri. Ingin rasanya meneriakkan namanya seperti para penggemar boyband korea kepada idolanya. Namun Jantung ini semakin berdegup tak konstan, aku menyukai rasa ini dan menikmatinya. Entah apakah ini cinta atau bukan? Tapi rasa ini sangat menyenangkan. Aku hanya ingin dia mencari tahu tentang diriku dan mengajakku bicara sekali saja. Saat kesempatan bicara itu datang, aku pastikan aku tidak akan jual mahal di hadapannya.
Setelah acara itu, jantungku masih berdegup tak konstan. Teman-teman mengajakku untuk turun menuju tempat dimana motor diparkir dan bergegas pulang karena jam telah menunjukkan pukul 9 malam. Ketika aku mencoba menyalakan motor, aku merasa ada orang di lantai dua yang melihatku. Aku pun memberanikan diri menengok ke atas. Dan saat itu, dia ada di sana. Mata kami bertemu sekali lagi.

END